Text
The spirit of pluralism: menggali nilai-nilai kehidupan, mencapai kearifan
PLURALISME. Kata yang akhir-akhir ini populer di masyarakat, terutama sejak Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengelurkan fatwa yang mengharamkan pluralisme. Komentar pro-kontra pun kemudian bermunculan terhadap fatwa tersebut. Beberapa orang bertanya, mungkinkah pluralisme ditolak dalam masyarakat Indonesia yang sangat plural ini? Ada juga yang mengatakan, bahwa bagaimana pluralisme sudah dipraktikkan dalam hidup sehari-hari.
Buku ini tidak membahas secara khusus tentang fatw MUI itu, tetapi memberikan pencerahan bagi orang-orang yang ingin melihat kehidupan ini dengan hati yang jernih dan pikiran yang bersih. Menawarkan pluralisme sebagai alternatif jalan nmenuju kehidupan yang damai, tenteram, dan arif. Sama sekali tidak menggurui, melainkan mengajak semua orang untuk bersama-sama menelaah gejala alam, gelagat-gelagat kehidupan. Belajar dari pengalaman, membaca alam semesta, dan mencermati perilaku manusia-manusia yang kadang pongah dan sangat sombong.
The Spirit of Pluralism mengemas pluralisme dalam bingkai nilai-nilai kemanusiaan (humanisme). Nilai-nilai yang sesungguhnya merupakan intisari dari semua ajaran kebijakan di dunia ini, termasuk agama. Sebuah titik temu, sebuah as dari jeruji-jeruji roda kehidupan. Pluralisme dan humanisme menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan astu dari yang lain. Buku ini menjabarkan dengan jelas ketertarikan itu, yang bisa digunakan oleh orang-orang yang ingin mencapai kearifan hidup.
Buku ini bukanlah buku yang ditulis dengan metode-metode ilmiah, melainkan merupakan hasil renungan seorang manusia dalam mengarungi kehidupan, melihat alam, dan membaca tanda-tanda zaman. Itulah sebabnya, mungkin sangat subjektif, tapi harapannya bisa menjadi pelajaran berharga bagi orang lain.
The Spirit of Pluralism mengajak pembaca yang budiman untuk merenungkan kembali makna sesungguhnya huidup bersama dalam masyarakat yang majemuk, yang plural, yang bhinneka. Mungkinkah kita bisa tetap saling ngotot pada pendirian kita sendiri-sendiri merasa paling benar dan paling selamat tanpa memedulikan teman, tetangga, lingkungan, dan handai taulan? Benarkah kita berhak mengabsolutkan pemahaman kita? Padahal yang absolutnya hanya Gusti Allah.
Baca buku ini, maka Anda akan mendapat jawaban aats pertanyaan-pertanyaan itu.
B20220803 | 147.4 EKO s | Pradita Library (100) | Tersedia - Avaliable |
Tidak tersedia versi lain